Kondisi tanah yang miring dan tidak rata dapat mengancam kestabilan dan keamanan bangunan di sekitarnya. Tanah dengan lereng curam berisiko menyebabkan longsor jika tidak stabil, terutama jika terdapat beban tambahan yang tidak dapat ditahan oleh lereng tersebut.
Penting untuk waspada terhadap potensi longsoran tanah dan segera mengambil tindakan pencegahan. Salah satu solusi yang efektif adalah membangun dinding penahan tanah, sebuah struktur yang dirancang khusus untuk menahan tekanan lateral dari tanah aktif.
Menurut Kementerian PUPR, dinding penahan tanah termasuk dalam konstruksi sipil yang berfungsi untuk menahan tekanan lateral dari tanah atau air. Oleh karena itu, penerapan solusi seperti pembuatan talud dinding penahan tanah dapat menjadi langkah proaktif dalam mengatasi potensi risiko longsoran tanah.
Berikut adalah beberapa jenis dinding penahan tanah yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan spesifiknya:
Dinding penahan tanah ini mengandalkan gaya gravitasi untuk kekokohannya. Prinsipnya didasarkan pada berat material konstruksinya, sehingga mampu menahan tekanan lateral tanah. Gravity wall umumnya paling banyak digunakan di Indonesia sebagai talud karena dapat melawan tekanan tanah aktif pada lereng.
Sumber: FT UII
Dinding jenis ini dirancang khusus untuk menahan tekanan tanah pada bagian kantilevernya. Umumnya terdiri dari kombinasi dinding dan beton bertulang dengan bentuk huruf T. Kelebihan utamanya terletak dari sisi ekonomis, terutama untuk dinding dengan ketinggian sekitar 8 meter atau lebih.
Sumber: FT UII
Piling wall mengadopsi bentuk lembaran yang ditanam secara vertikal untuk mencegah longsor. Materialnya dapat bervariasi, mulai dari baja, kayu, hingga beton bertulang. Jenis konstruksi ini sering digunakan di konstruksi tepi laut seperti dermaga atau pelabuhan, dengan keunggulan kemampuan kedap air dan pemasangan yang relatif cepat.
Sumber: FT UII
Struktur ini terdiri dari serangkaian bored pile dan bentonite cement pile yang saling terhubung. Contiguous bored pile digunakan untuk menjaga kestabilan dan daya dukung tanah, terutama pada area yang rentan terhadap longsor. Keunggulan lainnya adalah dimensinya yang kecil dan keamanan dari risiko longsoran selama proses pemasangan.
Sumber: FT UII
Dinding ini terbentuk dari timbunan tanah yang diperkuat oleh bahan tertentu seperti geosintetik atau logam. Tulangan bisa berupa metal atau geosintetik (seperti geotekstil atau geogrid). Keuntungan penggunaannya mencakup kemudahan pelaksanaan, ketahanan terhadap gempa bumi, dan potensinya untuk lebih ekonomis.
Sumber: FT UII
Dengan struktur berupa frame beton bertulang dan balok-balok beton berbentuk segi empat (bercelah/berkisi), dinding ini dapat diisi dengan pelat beton atau pasangan batu penahan. Keunggulan utamanya adalah kemungkinan kombinasi dengan material lain seperti grass block atau batu, sementara dimensinya yang relatif tipis membantu mengurangi biaya penggunaan material.
Baca juga: Jangan Asal! 9 Pondasi yang Tepat Untuk Rumah 2 Lantai
Untuk melakukan pekerjaan stabilitas Talud dapat dipergunakan beberapa jenis material perkuatan talud, seperti :
Dalam melibatkan bahan konstruksi dalam upaya perkuatan talud, terdapat beberapa opsi yang dapat dipertimbangkan. Kombinasi material konstruksi ini memberikan solusi yang tangguh dan beragam untuk mencapai stabilitas optimal pada talud. Diantaranya adalah:
Penggunaan beton dalam bentuk blok beton yang kokoh
Batu, baik berupa batu kali maupun batu marmer yang memberikan kekuatan struktural, dan batu bata yang menjadi alternatif efektif untuk meningkatkan stabilitas talud.
Dalam melibatkan bahan konstruksi untuk perkuatan talud, pilihan yang kokoh dan estetis dapat diwujudkan melalui berbagai tumbuhan yang mampu menahan erosi secara efektif. Beberapa opsi tanaman untuk perkuatan talud meliputi:
Tanaman Rumput
Penggunaan tanaman rumput dapat diaplikasikan pada kemiringan 00 - 600.
Penanaman lempengan rumput ("Sodding") dapat dilakukan dengan pola rapat atau berbaris, memberikan lapisan protektif yang efektif.
Tanaman Berakar Serabut
Penanaman tanaman berakar serabut pada tebing dengan pembuatan teras bertujuan untuk memperkuat tebing.
Selain memberikan kekuatan, tanaman ini juga memberikan kesan estetika pada lingkungan talud.
Tanaman Berakar Dalam dan Panjang
Penggunaan tanaman berakar dalam dan panjang memerlukan pembuatan teras (sengkedan) terlebih dahulu.
Penyesuaian dengan kemiringan tanah dilakukan untuk menciptakan perkuatan yang optimal pada talud.
Kombinasi antara bahan konstruksi dan tanaman ini tidak hanya menawarkan perlindungan yang efektif terhadap erosi tetapi juga memberikan nilai estetis yang meningkatkan keindahan lingkungan.
Talud dan turap, sebagai bentuk dinding penahan tanah atau retaining wall, memiliki perbedaan yang mencolok dari beberapa aspek yang melibatkan material, ketahanan, dan biaya pembuatannya. Mari kita telaah secara rinci setiap perbedaan yang mencerminkan karakteristik unik keduanya.
Talud memanfaatkan bahan konstruksi bangunan seperti batu, pasir, dan semen, bahkan terkadang anyaman kawat menyerupai bronjong. Sementara itu, turap dapat dibuat dari beragam material seperti kayu, beton, atau baja, yang dipilih berdasarkan tekanan tanah yang diterima. Keberagaman material turap membuatnya lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi tanah yang berbeda di berbagai wilayah.
Talud memiliki dimensi yang besar dan dapat dibangun pada tanah berbatu dengan tekanan tinggi, menjadikannya pilihan yang efektif untuk mengatasi risiko longsor di daerah yang rawan. Di sisi lain, turap lebih cocok untuk tanah dengan tekanan rendah dan kestabilan yang tinggi. Turap kayu, meskipun tidak direkomendasikan untuk jangka panjang, dapat memberikan solusi sementara untuk menahan tanah.
Dalam hal biaya pembuatan, talud memerlukan investasi yang lebih besar karena melibatkan lebih banyak tenaga manusia, penggunaan alat berat, dan waktu pemasangan yang cukup lama. Sebaliknya, turap menawarkan solusi yang lebih ekonomis. Proses pembuatannya memerlukan biaya yang lebih rendah, terutama turap kayu yang dapat dibangun dengan anggaran yang lebih terjangkau. Selain itu, proses pengerjaan turap lebih sederhana, tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga lebih efisien secara biaya.
Berbeda dengan talud, pembangunan turap hanya memakan sedikit biaya. Turap juga bisa dibuat dari material kayu, jadi tidak memakan banyak anggaran. Terakhir, proses pengerjaan turap lebih mudah sehingga tidak memerlukan lebih banyak tenaga kerja.
Baca juga: Apa Itu Kolom? Kenali Fungsi, Jenis dan Materi Penyusunnya
Dalam menghadapi risiko longsor akibat kondisi tanah miring, pembangunan dinding penahan tanah menjadi solusi vital. Talud cocok untuk tanah berbatu dengan investasi besar, sementara turap, terutama yang terbuat dari kayu, menawarkan alternatif ekonomis.
Secara keseluruhan, pemahaman mendalam terhadap jenis-jenis penguatan tanah dan perbedaan talud memberikan gambaran komprehensif untuk pembangunan yang efektif dan aman.
Selain memperhatikan kekuatan talud, pastikan juga penggunaan material terbaik yang memiliki kualitas tinggi dan bersahabat dengan lingkungan, seperti menggunakan baja ringan dari BLKP. BLKP menyediakan berbagai produk baja ringan yang telah memenuhi standar SNI dan ISO 9001-2015, serta telah menjalani uji lab oleh lembaga sertifikasi terkemuka. Apabila tertarik, silakan menghubungi Tim BLKP. Jangan lupa untuk mengecek artikel menarik lainnya!
Sumber: FT UI