MANA YANG LEBIH BAIK, ATAP RUMAH RUNCING ATAU LANDAI?

Sebagai negara tropis yang sering mengalami hujan deras, mana yang lebih baik untuk diterapkan, atap rumah runcing atau landai? Ternyata jawabannya jelas…

Indonesia secara umum membutuhkan atap yang bersudut sebagai antisipasi iklim lokal. Karena itu, kita memiliki banyak variasi jenis atap yang demikian.

Misalnya, atap pelana atau sering disebut juga atap sejuta rakyat. Terbentuk hanya dengan dua sisi miring sehingga membentuk segitiga.

Lalu, kita juga mengenal atap berbentuk limas yang disusun dengan permukaan segitiga yang berkumpul ke satu titik seperti piramida.

Dan terakhir, atap yang juga populer digunakan di rumah Indonesia, atap bentuk perisai. Hampir seperti atap limas, atap perisai terdiri dari 4 bidang miring (2 segitiga dan 2 trapesium), namun tidak mengerucut ke 1 titik.

Lalu, dengan sekian banyak bentuk atap yang bersudut, pertanyaan berikutnya adalah mana yang lebih baik ketika pembuatannya? Berikut perbandingannya.

Perbandingan Atap Rumah Runcing atau Landai

Menurut para ahli, kemiringan atap rumah optimal untuk hunian di Indonesia berkisar antara 23 hingga 30 derajat.

Nilai ini juga kemudian disepakati oleh para konstruktor dalam proses pembangunan atap. Karena dirasa besaran sudut tersebut sudah ideal untuk menahan dan mengalirkan air hujan dengan lancar dan mencegah kebocoran.

Baca Juga : Apa Benar Material Baja Ringan Tahan Air Hujan? Cek Buruan Disini!

Lalu bagaimana atap dikatakan runcing atau landai? Rekomendasi kemiringan atap di Indonesia yang senilai 23 – 30 derajat tersebut sebenarnya masuk ke kategori landai.

Sedangkan atap runcing adalah atap dengan sudut kemiringan lebih dari 30 derajat.

Atap Rumah Runcing

Model atap rumah runcing umumnya diaplikasikan pada hunian di negara dengan empat musim, seperti di Eropa.

Hal ini dikarenakan unsur fungsionalnya yaitu untuk mengalirkan salju dari atas atap dengan lebih mudah. Tidak seperti air, salju punya densitas yang jauh lebih padat dan sulit bergerak.

Faktor inilah yang jarang menjadikan atap runcing digunakan di Indonesia.

Namun tidak hanya itu, atap runcing juga punya keuntungan yang otomatis dimiliki oleh penggunannya.

Misalnya atap runcing menawarkan Anda loteng yang lebih luas, memberikan ruang tambahan ekstra yang bisa digunakan sebagai tempat penyimpanan atau bahkan kamar.

Kemudian, dengan adanya ruang tambahan yang lebih luas, Anda bisa memodifikasi ruangan antara atap dan plafon dengan banyak instalasi seperti saluran ventilasi yang lebih lancar atau material insulasi untuk menahan panas lebih baik.

Namun, atap runcing juga punya tantangannya sendiri. Dengan kemiringan yang lebih besar dari 40 derajat, atap jadi lebih sulit dibuat sehingga memakan biaya yang lebih banyak.

Selain itu, jika pemasangan tidak sesuai, maka atap akan mudah bergeser atau merosot. Maka material atap harus dipaku ke rengnya agar terkunci dengan baik.

Atap Rumah Landai

Sebagai negara tropis tanpa adanya resiko menahan beban salju yang turun, model atap landai sudah sangat optimal digunakan di Indonesia.

Sisi optimal atap landai dilihat dari kebutuhan dan biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan dan perawatannya.

Namun atap yang terlalu landai juga tidak terlalu baik menangkal air hujan. Atap yang terlalu landai membuat tampias air hujan bisa masuk ke dalam rumah. 

Selain itu, aliran air pun juga cukup lambat yang bisa membebani struktur atap secara tiba-tiba dan berisiko membuat genangan air yang menyebabkan rembesan.

Kesimpulan

Bagaimana? Apakah Anda sudah menemukan jawaban tentang atap rumah runcing atau landai yang lebih baik? 

Pastikan Anda mempertimbangkan semua aspeknya sebelum membuatnya, karena pembangunan atap cukup sulit dan memakan waktu.

Lalu untuk mendapatkan material yang berkualitas, terutama untuk atap rumah Anda, Pastikan BLKP menjadi tempat utama pemenuhan kebutuhan material konstruksi Anda.